Skip to main content

Posts

Mie Godog Jawa ... Harga Sebuah Ketaatan

Aku ada janji meeting jam 14.00 di Bentara Budaya Palmerah. Jam 12.30, aku jalan dari kantor (Galaxy Bekasi). Tidak ketinggalan aku aktifkan Maps untuk mendapatkan advise jalur yang paling lancar. Maps merekomendasikan tol dalam kota, dan diperkirakan aku tiba di lokasi jam 13.45. Ok. Aku jalan. Kalau aku tiba sesuai waktu yang diperkirakan itu berarti aku akan kehilangan kesempatan untuk lunch. Berpaculah aku dengan waktu. Saat masuk tol Bekasi Barat, Maps merekomendasikan jalur alternatif yang bisa menghemat waktuku sekitar 15 menit. Hmmm ... interesting. Aku lirik jalur yang direkomendasikan. Aku harus keluar di Cawang, kemudian lanjut arteri sampai Pancoran, setelah itu baru nyambung tol lagi di Pancoran. Akal sehatku berkata: itu kan jalur macetttt. Sempat terlintas untuk aku abaikan rekomendasi ini. Apalagi menjelang simpang keluar cawang dan Gate Halim, aku lihat arah Halim lancar. Bimbang dan nimbang. Sepersekian detik, aku putuskan untuk ikut rekomendasi maps. Aku pun kelua
Recent posts

Introvert yang Memberontak

"Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?" Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan 'mesin'. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cen

Belajar Berenang Saat Kepala 3? Its Possible!

Salah satu hal yang mungkin tidak banyak orang tahu tentang aku adalah aku baru bisa berenang saat usiaku menginjak kepala 3. Ups ... aku baru saja membeberkan satu rahasia tentang diriku hehehe. Meskipun aku lahir dan besar di kampung yang notebene banyak airnya (baca: sungai), aku tidak bisa berenang. Dan ketidakbisaanku ini aku pelihara sampai desawa. Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita. Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeerank

Pamali

Sedang membantu menyapu rumah. Saat sapuan mendekat pintu depan, istri langsung ambil alih sapu kemudian balikkan arah sapuan ke dalam rumah. Aku : Lho, ngapain sapu ke dalam? Istri : Kalau malam-malam sapu gak boleh ke depan. Ntar rejekinya ikut kesapu ...' * * * Aku percaya, mayoritas teman yang membaca kisah singat di atas akan tertawa -paling tidak tersenyum- sambil mengaku pernah menjadi 'korban' nasehat serupa. Paling tidak begitulah pengakuan sebagian temanku waktu aku melontarkan hal ini sebagai status. Nasehat yang terkenal ampuh untuk membuat kita 'diam' dan 'taat' waktu kecil karena di dalamnya terdapat unsur dan maksud untuk menakut-nakuti. Belakangan setelah kita dewasa kita mengenalnya sebagai nasehat pamali, yang kalau kita analisa dengan nalar ada maksud logis di balik nasehat tersebut. Sebagai contoh. Nasehat yang mengatakan kita tidak boleh menyapu keluar di malam hari karena rejeki akan keluar juga. Kemungkinan maksud nasehat ini dilatarbe

Mau Lancar Menulis? Coba yang Satu Ini ...

Salah satu anjuran yang bisa diberikan kepada teman-teman yang mau memperlancar menulis, menuangkan ide di kepala menjadi tulisan, membangun kebiasaan menulis adalah menulis tanpa berhenti selama 20 menit. maksud anjuran ini adalah kita sengaja menyiapkan waktu sevcara khusus selama 20 menit untuk menulis. apa saja yang ada dikepala dituangkan saja. misalnya pengalaman pagi waktu berangkat kerja, cerita kemarin gak bisa tidur, curhat ynang tidak terungkapkan, dan lain-lain. pokoknya apa yang ada dikepala dikeluarkan saja. Anuran ini juga mengatakan selama kita menulis selama 20 menit, jangan kuatir akan salah ketik, logika yang berantakan, tidak boleh tergoda menghapus atau menekan back space kalau kita merasa ketikan kita salah. apalgi stop menulis dan membaca ulang apa yang kita tuliskan, kemudian mengeditnya. itu melanggar ajnjuran ini. secara ekstrim kita sering ngomong menulis model ini yang paling efektif adalah menutup layar monitor, dan menulis. apapun yang inig

500 Game : Dinamika Kelompok, Aktivitas Luar dan Dalam Ruang untuk Membangun dan Membentuk Tim yang Solid

Secara natur (alamiah), manusia adalah mahluk bermain. Begitulah diungkapkan Johan Huizinga dalam bukunya yang berjudul "Homo Ludens" atau "Man the Player" di tahun 1938. Menurutnya, bermain adalah penting dan perlu bagi peradaban manusia. Untuk membuktikan teorinya, Johan Huizinga mengajak kita melihat pada anak-anak. Sepanjang hari, dari mata mulai melek (terbuka) saat bangun tidur sampai mata terpejam saat tidur, kegiatan dominan yang dilakukan oleh anak-anak adalah bermain. Pada saat hendak atau sedang mandi, mereka menyisipkan kegiatan bermain. Demikian pula saat berpakaian, ada selingan bermain. Saat makan? Ya sambil bermain. Hingga saat ‘pup’ pun sering kali diselingi dengan aktivitas bermain. Sayangnya natur ini secara perlahan namun pasti, kian terkikis seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Jadi, tidak heran bila kita jarang melihat orang dewasa bermain layaknya anak-anak. Beberapa hal yang sering kali diungkapkan sebagai alasan: - orang dewasa

Dengarkan Aku Dong ...

'Jalal itu baik atau jahat?' 'Wuiihhh ... kamu gak tahu ya. Awalnya Jalal itu bla bla bla bla bla blaaa ... Kemudian dia kan ketemu bla bla bla bla bla .... Nah, sekarang dia jadi bla bla bla bla bla ...' Itu respon yang aku dapatkan saat iseng bertanya kepada istriku waktu dia asyik menonton salah satu seri India yang lagi hits: Jorda Akbar. Karena remote dikuasai sepenuhnya sama istri, jadi aku hadir saja di ruang nonton sambil bermain sama anak atau melakukan aktivitas lain. Sebenarnya aku bosan dan gak peduli. Tetapi karena penasaran dengan keseruan dan kesetiaan istri dengan tontonan tersebut, isenglah aku bertanya. Dan tahu hasilnya? Selama hampir 15 menit aku diceramahi sama istri, dari awal episode sampai episode yang lagi tayang. Seru benar dia menceritakannya. Sebagai suami yang baik tentulah aku tidak mau mengecewakannya. Aku pun memasang telinga saya, dan mendengar. * * * Mendengar? Yup. Sebuah kegiatan yang tiap saat kita lakukan waktu terbangun. Sebagian o